BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kangkung (Ipomoea
aquatica Forsk.), juga dikenal
sebagai Ipomoea reptans Poir1
merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran
dan di tanam sebagai makanan. Kangkung mempunyai daun yang licin dan berbentuk
mata panah, sepanjang 5-6 inci. Tumbuhan ini memiliki batang yang menjalar
dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal daun. Tumbuhan ini
bewarna hijau pucat dan menghasilkan bunga bewarna putih, yang
menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih. Terdapat juga jenis daun
lebar dan daun tirus (Wikipedia1, 2012).
Corong pemisah atau corong
pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk
memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut
dengan densitas
berbeda yang takcampur Wikipedia2, 2012).
Ekstraksi adalah kegiatan
penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Diantara berbagai jenis metode
pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utama adalah bahwa pemisahan ini
dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro (Khopkar, 2008, hal:
90).
Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan
berikut akan membahas tentang cara mengekstraksi pelarut cair-cair dengan
menggunakan alat corong pemisah dan sampel daun kangkung.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
masalah pada percobaan ini adalah bagaimana metode pemisahan dengan cara
ekstraksi pelarut?
C. Tujuan
Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui metode
pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi memanfaatkan pembagian
sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain.
Kesetimbangan heterogen yang penting melibatkan pembagian suatu spesies antara
dua fase pelarut yang tidak dapat tercampur. Kesetimbangan seperti ini terdapat
dalam banyak proses pemisahan dalam penelitian kimia maupun di industri
(Oxtoby, 2001, hal: 339-340)
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi
suatu zat terlarut diantara dua fase cair yang tidak saling bercampur. Teknik
ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat
organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis
makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga
banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia
organik, biokimia dan anorganik di laboratorium (Alimin, 2007, hal: 51).
Beberapa cara dapat
mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara klasik adalah mengklasifikasi
berdasarkan sifat zat yang diekstraksi, sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi, akan tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang lebih
ilmiah, yaitu proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka
proses ekstraksi berlangsung pada mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi
berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat
diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat (Khopkar, 2008, hal: 91-92).
Golongan ekstraksi berikutnya
dikenal dengan ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke
fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan
pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies
netral yang tidak bermuatan diekstraksi ke fase organik, sedangkan kategori
terakhir merupakan ekstraksi sinergis. Nama yang digunakan menyatakan adanya
efek saling memperkuat yang berakibat penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan
pelarut pengekstraksi. Setelah pengulangan mekanisme ekstraksi, ekstraksi
keseimbangan dan teknik ekstraksi akan mengulangi penerapan destruksi pelarut
dalam kimia analitik pada tiap-tiap kelas ekstraksi (Khopkar, 2008, hal: 92).
Menurut Khopkar (2008, hal: 92),
proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu:
1.
Pembentukan
kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi dengan tahap paling
penting dalam ekstraksi. Jelaslah bahwa kompleks bermuatan tidak akan
terekstraksi sehingga mutlak kompleks diekstraksi harus tanpa muatan. Kompleks
tak bermuatan dapat dibentuk melalui proses pembentukan khelat (yaitu khelat
netral), solvasi atau pembentukan pasangan ion.
2.
Distribusi
dari kompleks yang terekstraksi.
3.
Interaksinya
yang mungkin dalam fase organik
Bila suatu zat terlarut membagi
diri antara dua cairan yang tidak dapat bercampur, ada suatu hubungan yang
pasti antara konsentrasi zat pelarut dalam kedua fase pada kesetimbangan.
Nersnt pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum
distribusi yang menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya
antara dua cairan yang tidak dapat bercampur sedemikian rupa sehingga angka
banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur
tertentu. (Underwood, 1996, hal: 461).
Tiga metode dasar pada ekstraksi
cair-cair adalah ekstraksi bertahap (batch),
ekstraksi kontinu dan ekstraksi counter
current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya
cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan
pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan
konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai
lapisan didiamkan dan dipisahkan. Metode ini sering digunakan untuk pemisahan
analitik. Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyaknyaekstraksi yang
dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan
berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit (Khopkar, 2008, hal: 106).
Alat yang digunakan pada ekstraksi
pelarut cair-cair adalah corong pemisah. Corong pemisah
berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola, mempunyai penyumbat di atasnya
dan keran di bawahnya. Corong
pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran
corong pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L. Dalam skala industri, corong
pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuga.
Dalam memakai corong ini, campuran dan dua fase
pelarut dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup.
Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase
larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk
melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini
kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan
keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan
mengontrol keran corong (Wikipedia2, 2012).
Bahan yang digunakan dalam ekstraksi
pelarut cair-cair yaitu kloroform dan metanol. Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3).
Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan
digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada
suhu ruang berupa cairan,
namun mudah menguap
(Wikipedia3, 2012).
Metanol, juga dikenal
sebagai metil alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia
dengan rumus kimia
CH3OH.
Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia
berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar,
dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Ia
digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai
bahan additif bagi etanol industri (Wikipedia4, 2012).
Selain kloroform dan metanol, air
juga digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi pelarut cair-cair. Air adalah
substansi kimia dengan rumus kimia H2O:
satu molekul
air tersusun atas dua atom
hidrogen
yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa
dan tidak berbau
pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur
273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut
universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam
kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk
ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+)
yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-)
(Wikipedia5, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Kamis/ 26 April 2012
Pukul : 13.30 – 16.30 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik,
Lantai I, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Corong
pemisah 1
buah
b.
Neraca
digital 1
buah
c.
Erlenmeyer
250 mL 1
buah
d.
Gelas
kimia 300 mL 2
buah
e.
Gelas
ukur 50 mL 1
buah
f.
Statif
dan klem 1
buah
g.
Corong 1
buah
h.
Mortar
dan lumpang 1 buah
i.
Botol
vial 1
buah
j.
Pipet
tetes 1
buah
k.
Botol
semprot 1
buah
l.
Spatula 1
buah
2.
Bahan
a.
Aquades
(H2O) 50 mL
b.
Kertas
saring
c.
Kloroform
(CHCl3) 55 mL
d.
Metanol
(CH3OH) 5 mL
e.
Sampel
daun kangkung 50 gr
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini
adalah:
- Menimbang 50 gr daun kangkung segar, kemudian menggerus sampai mengeluarkan ekstrak kental dengan menggunakan lumping dan mortar.
- Menambahkan kloroform (CHCl3) sebanyak 25 mL dan memasukkan ke dalam corong pemisah.
- Mengocok corong pemisah selama beberapa menit
- Menambahkan klorform (CHCl3) sebanyak 25 mL, aquades 50 mL dan metanol 5 mL, kemudian mendiamkan sebentar sampai terjadi pemisahan.
- Mengeluarkan hasil ekstrak kemudian menyimpannya ke dalam botol vial.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Warna
|
Keadaan
Larutan
|
Gambar
|
1.
|
Daun
kangkung 50 gr + kloroform 25 mL
|
Hijau
tua
|
1 fase
|
|
2.
|
Perasan
daun kangkung + kloroform 25 mL + aquades 50 mL
|
Hijau
tua +bening
|
2 fase
|
|
3.
|
Hasil
ekstraksi (methanol + kloroform + aquades)
|
Hijau
tua + hijau muda
|
2 fase
|
|
4.
|
Hasil
ekstraksi (kloroform) dimasukkan ke dalam botol vial
|
Hijau
tua
|
1 fase
|
|
B.
Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu untuk
mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut. Dalam hal ini, daun
kangkung yang dijadikan sebagai sampel yang akan diekstraksi dengan pelarut
cair yaitu kloroform. Daun kangkung ditimbang sebanyak 50 gr kemudian digerus
dengan menggunakan mortar dan lumpang yang berfungsi untuk mengeluarkan ekstrak
kental pada daun kangkung yang dijadikan zat terlarut yang cair, lalu
menambahkan 25 mL kloroform yang berfungsi agar ekstrak daun kangkung mudah
dimasukkan ke dalam corong pemisah, sebelum dimasukkan ke dalam corong pemisah,
keadaan larutan yang diperoleh yaitu satu fase dengan warna larutan hijau tua.
Setelah itu memasukkan ekstrak kental daun kangkung dan kloroform dalam satu
fase, kemudian ditambahkan kloroform 25 mL dan aquades 50 mL yang berfungsi agar
daun kangkung lebih mudah untuk diekstraksi pada corong pemisah, setelah
dimasukkan ke dalam corong pemisah dan melakukan ekstraksi dengan cara
pengocokan, maka keadaan larutan yang diperoleh yaitu dua fase dengan warna
larutan hijau tua dan tak berwarna. Selanjutnya mendiamkan corong pemisah yang
berisi sampel dan pelarut beberapa saat hingga terjadi pemisahan, kemudian
menambahkan kembali dengan 5 mL metanol yang berfungsi sebagai pelarut agar keadaan
larutan pada corong pemisah dapat terjadi dua fase sehingga hasil ekstrak dari
daun kangkung dapat dipisahkan dengan pelarutnya, setelah didiamkan beberapa
saat, keadaan larutan yang diperoleh yaitu dua fase dengan warna larutan hijau
tua dan hijau muda. Setelah itu memisahkan hasil ekstrak dengan cara membuka
kran pada corong pemisah yang terletak pada bagian bawah kemudian menuangkan
hasil ekstrak ke dalam erlenmeyer seperti halnya dengan proses titrasi.
Selanjutnya hasil ekstraksi yang terdapat pada erlenmeyer dituang ke dalam
botol vial dan disimpan yang selanjutnya akan dianalisis dengan cara
kromatografi lapis tipis atau biasa disingkat KLT, hasil ekstrak yang diperoleh
dari proses esktraksi dengan menggunakan corong pemisah hanya terjadi satu fase
yaitu dengan warna hijau tua.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah
mengetahui metode pemisahan dengan ekstraksi pelarut yaitu kloroform dengan
mengekstraksi daun kangkung menggunakan corong pemisah.
B.
Saran
Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya
dapat mengganti pelarut kloroform dengan pelarut benzena yang volumenya sama
agar dapat membandingkan seberapa banyak hasil ekstrak yang diperoleh dari
pelarut kloroform atau benzena.
DAFTAR
PUSTAKA
Air. “http://id.wikipedia.org/”diakses
pada tanggal 25 April 2012.
Alimin, dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin
Press, 2007.
Corong Pemisah. 2012. “http://id.wikipedia.org/”diakses
pada tanggal 25 April 2012.
Daun
Kangkung. “http://id.wikipedia.org/”diakses
pada tanggal 25 April 2012.
Khopkar, SM. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
UI-Press, 2008.
Kloroform. 2011. “http://id.wikipedia.org/”diakses
pada tanggal 25 April 2012.
Metanol. 2012. “http://id.wikipedia.org/”diakses
pada tanggal 25 April 2012.
Oxtoby, David W. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga, 2001.
Underwood,
AL. Analisis Kimia Kuantitatif.
Jakarta: Erlangga, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar