BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kromatografi
merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia dengan absorpsi
memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat
penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah
menurut bobot molekulnya, mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh
warna-warnanya.
Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi
planar, dimana pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang
(umumnya bidang datar) yaitu benuk kertas. Seluruh bentuk
kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada
padatan) dan fase
gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang
berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Kromatografi kertas merupakan analisis
kromatografi dengan kertas sebagai penyerap selektif dapat sebagai sobekan
kertas yang bergantung dalam larutan contoh atau sebagai lingkaran yang pada
pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis. Berdasarkan uraian di atas,
maka pembahasan berikut akan membahas tentang cara pemisahan dan menentukan
pigmen warna dengan metode kromatografi kertas.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
masalah pada percobaan ini adalah:
1.
Bagaimana cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas?
2.
Bagaimana menentukan pigmen warna dalam tinta dengan
metode kromatografi kertas?
C. Tujuan
Percobaan
Tujuan pada
percobaan ini adalah:
1.
Mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas.
2.
Menentukan pigmen warna dalam tinta dengan metode
kromatografi kertas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah
kromatografi berasal dari kata latin chroma
berarti warna dan graphien berarti menulis. Kromatografi pertama kali
diperkenalkan oleh Michael Tsweet (1903) seorang ahli botani dari Rusia.
Michael Tsweet dalam percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan
pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk
kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai
pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada
permukaan atas kalsium karbonat, kemudian dialirkan pelarut petroleum eter.
Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil
pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan (Alimin, 2007, hal: 73).
Kromatografi adalah proses
melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap
zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan
apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008, hal: 137).
Dalam
kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu fase gerak
dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila
molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel atau terserap.
Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung atas lemari
sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven merangkak ke atas kertas
oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam
sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya
kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai
bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti.
Dalam suatu hal yang berhasil, solut-solut dari campuran semula akan berpindah
tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet
noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu saja noda-nodanya
dapat terlihat. Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara
stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu.
Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase
cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam
kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau
lembaran plastik (Kromatografi Kertas, 2010).
Teknik kromatografi kertas yaitu
proses pengeluaran asam mineral dari kertas disebut desalting. Larutan
ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2 – 3 cm dari
salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas
dikeringkan, diletakkan diruang yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan
pelarut yang sesuai. Penjenuhan dapat dilakukan 24 jam sebelum analisis.
Descending adalah salah satu teknik di mana cairan dibiarkan bergerak menuruni
kertas akibat gravitasi. Pada teknik ascending, pelarut bergerak ke atas dengan
gaya kapiler. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending.
Sedangkan yang ketiga dikenal sebagai cara radial atau kromatografi kertas
sirkuler. Kondisi-kondisi berikut harus diperhatikan untuk memperoleh nilai Rf
yang reprodusibel. Temperatur harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh
lebih dari 0,5oC. Kertas harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam
dengan atmosfer pelarutnya, agar mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran
pelarutnya pada kertas. Dilakukan beberapa pengerjaan yang parallel, Rfnya
tidak boleh berbeda lebih dari 0,02 (Khopkar, 2008, hal: 163).
Suatu atomiser umumnya digunakan
sebagai reagent penyemprot bila batas permukaan pelarut dan zat terlarut dalam
kertas ingin dibuat dapat dilihat. Atomiser yang halus lebih disukai. Gas-gas
juga dapat digunakan sebagai penanda bercak, untuk karbohidrat notasi Rg
digunakan untuk menggantikan Rf. Setelah penandaan bercak batas permukaan,
selanjutnya dapat dilakukan analisis kolorimetri atau spektroskopi reflektansi
bila sampel berupa logam. Materi yang terdapat di dalam kertas dapat ditentukan
secara langsung dengan pelarutan. Kromatografi kertas selain untuk pemisahan
dan analisis kuantitatif, juga sangat bermanfaat untuk identifikasi. Hal ini
dapat dilakukan misalkan dengan membuat grafik antara Rm α terhadap jumlah
kation dalam suatu deret homolog, maka memungkinkan untuk mengidentifikasi
suatu anggota deret homolog (Khopkar, 2008, hal: 163).
Susunan serat kertas membentuk
medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirnya fase gerak. Berbagai
macam kertas yang secara komersial tersedia adalah whatman 1, 2, 31 dan 3 MM,
kertas asam asetil, kertas kieselgurh, kertas silikon dan kertas penukar ion
juga digunakan. Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang
dimodifikasi dan kertas serat kaca. Zat-zat hidrofobik dapat dipisahkan pada
kedua jenis kertas terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silikon dapat
digunakan untuk zat-zat hidrofobik, sedangkan untuk reagent yang korosif,
kertas serat kaca dapat digunakan. Untuk memilih kertas, yang menjadi
pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan
spot, efek tailing dan pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama
untuk teknik descending (Khopkar, 2008, hal: 161 – 162).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Kamis/ 31 Mei 2012
Pukul : 13.30 – 15.30 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik,
Lantai I, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Chamber 3
buah
b.
Pipet
skala 10 mL 2
buah
c.
Bulp 2
buah
d.
Gelas
piala 400 mL 2 buah
e.
Gelas
piala 300 mL 1
buah
f.
Penotol 3 buah
g.
Penggaris 2 buah
h.
Pensil
2
buah
i.
Botol
semprot 1
buah
2.
Bahan
a.
Aquades
(H2O)
b.
Aluminium
foil
c.
Etanol
: kloroform (1:1)
d.
Etanol
: kloroform (1:4)
e.
Etanol
: kloroform (4:1)
f.
Tissue
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini
adalah:
1.
Menyiapkan
chamber lalu mengisi dengan larutan fase geraknya (eluen) yaitu
campuran etanol : kloroform (1:1)
sebanyak 20 mL.
2.
Pada
kertas kromatogram dibuat tiga noda tetesan (spot) dari sampel tinta (ungu,
merah
dan biru) dengan jarak yang sama dalam satu garis lurus sekitar 2 – 3 cm dari
batas kertas.
3.
Memasukkan
kertas kromatogram ke dalam chamber, lalu menutup chamber
tersebut.
4.
Proses
pemisahan komponen pigmen warna dari sampel berlangsung sekitar 1 jam, hasil
pemisahan diamati serta dicatat
5.
Menghitung
besarnya nilai Rf dari masing-masing sampel hasil pemisahan, mencatat juga
warna noda pada masing-masing sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1.
Perbandingan
etanol dan kloroform (1:1)
No
|
Warna noda
|
Jarak noda
|
Jarak pelarut
|
1.
2
3.
|
Ungu
Merah
Biru
|
3,0 cm
2,9 cm
2,8 cm
|
7,7 cm
7,8 cm
7,7 cm
|
2.
Perbandingan
etanol dan kloroform (1:4)
No
|
Warna
noda
|
Jarak
noda
|
Jarak
pelarut
|
1.
2
3.
|
Ungu
Merah
Biru
|
3,5 cm
3,3 cm
3,4 cm
|
7,5 cm
7,2 cm
7,4 cm
|
3.
Perbandingan
kloroform dan metanol (4:1)
No
|
Warna
noda
|
Jarak
noda
|
Jarak
pelarut
|
1.
2
3.
|
Ungu
Merah
Biru
|
0,6 cm
0,9 cm
0,6 cm
|
7,0 cm
7,0 cm
7,0 cm
|
- Analisis Data
1. Perbandingan etanol dan kloroform (1:1)
=
0,389
= 0,372
= 0,364
2. Perbandingan etanol dan kloroform (1:4)
= 0,466
= 0,458
= 0,459
- Perbandingan kloroform dan metanol (4:1)
= 0,085
= 0,128
= 0,085
C.
Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu untuk
mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas dan memisahkan
pigmen warna pada tinta dengan metode kromatografi kertas. Dalam hal ini tinta
warna merah, ungu dan biru yang dijadikan sebagai sampel yang akan dipisahkan
oleh pelarut cair yaitu kloroform etanol (C2H5OH):(CHCl3)
dengan nilai perbandingan 1:1, 1:4 dan 4:1. Etanol:kloroform dimasukkan ke
dalam chamber sebanyak 20 mL yang berfungsi sebagai pelarut nonpolar pada
kromatografi kertas. Setelah itu pada kertas saring dibuat garis pada jarak 3
cm dari salah satu sisinya yang berfungsi sebagai pembatas ketika kertas saring
dimasukkan ke dalam chamber yang berisi pelarut. Selanjutnya memberikan tiga
sekat pada kertas saring dan menotolkan tinta berwarna ungu, merah dan biru ke
masing-masing antara sekat yang telah dibuat, dalam hal ini tinta berwarna
berfungsi sebagai zat yang akan dipisahkan pigmen warnanya pada setiap tinta.
Setelah itu meletakkan kertas saring ke dalam chamber yang telah disediakan
dengan sisi plat yang mengandung tetesan-tetesan zat pada bagian bawah dan
menjaga agar tetesan-tetesan tidak tercelup ke dalam pelarut, lalu menutup
chamber. Setelah permukaan pelarut
berjalan hingga ¾ bagian dari tinggi kertas saring tersebut, lalu mengeluarkan kertas
saring dari chamber dan memberi tanda permukaan pelarut serta noda-noda yang
terbentuk pada kertas saring dengan menggunakan pensil yang berfungsi untuk
mengetahui nilai Rf dari tiap noda yang terbentuk dari hasil pengukuran
perbandingan antara panjang noda dan pelarutnya.
Berdasarkan data yang diperoleh,
nilai Rf dari tiap noda yang terbentuk yaitu, untuk tinta ungu dengan
perbandingan eluen etanol : kloroform (1:1) membentuk noda ungu dengan nilai Rf
yang diperoleh yaitu 0,389. Pada tinta merah dengan perbandingan eluen etanol :
kloroform (1:1) membentuk noda merah dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,372.
Pada tinta biru dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (1:1) membentuk
noda biru dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,364. Pada tinta ungu dengan
perbandingan eluen etanol : kloroform (1:4) membentuk noda ungu dengan nilai Rf
yang diperoleh yaitu 0,466. Pada tinta merah dengan perbandingan etanol : kloroform
(1:4) membentuk noda merah dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,458. Pada
tinta biru dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (1:4) membentuk noda biru dengan nilai Rf yang
diperoleh yaitu 0,459. Pada tinta ungu dengan perbandingan eluen etanol :
kloroform (4:1) membentuk noda ungu dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,085.
Pada tinta merah dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (4:1) membentuk
noda merah dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,128. Pada tinta biru dengan
perbandingan eluen etanol : kloroform (4:1) membentuk noda biru dengan nilai Rf
yang diperoleh yaitu 0,085. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin
panjang ukuran noda pada setiap zat maka semakin besar pula nilai Rf yang
diperoleh sebab panjang ukuran noda berbanding lurus dengan nilai Rf. Nilai Rf
yang berbeda-beda tergantung pada noda-noda yang tampak karena noda-noda yang
timbul pada kertas saring memiliki jarak masing-masing yang tidak akan sama
dengan jarak noda yang lain dibagi dengan jarak pelarut (eluen) yang digunakan,
dalam hal ini nilai pelarut yang baik berdasarkan teori yaitu akan menghasilkan
nilai Rf antara 0,5 sampai 0,8. Dapat diketahui dari percobaan bahwa nilai Rf
yang baik terdapat pada pelarut (eluen) etanol : kloroform (1:4) karena perbandingan
eluen yang terbanyak yaitu kloroform yang memiliki sifat non polar yang mampu
mengikat noda yang memiliki sifat non polar sehingga menyebabkan noda akan naik
hampir bersamaan dengan eluennya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah:
1.
Mengetahui
cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas yaitu memasukkan kertas saring
yang telah diteteskan noda-noda ke dalam chamber yang berisi eluen, lalu
beberapa saat kemudian pelarut dan noda-noda akan naik berdasarkan gaya kapiler
dengan memisahkan komponen-komponennya.
2.
Memisahkan
pigmen warna dalam suatu cuplikan dengan metode kromatografi kertas dengan perbandingan
Rf yang berbeda-beda yaitu pada etanol: kloroform (1:1) memiliki warna ungu,
merah, biru dan nilai Rf secara berurutan yaitu 0,389; 0,372; 0,364. Pada
etanol: kloroform (1:4) memiliki warna ungu, merah, biru dan nilai Rf secara
berurutan yaitu 0,466; 0,458; 0,459. Pada etanol: kloroform (4:1) memiliki
warna ungu, merah, biru dan nilai Rf secara berurutan yaitu 0,085; 0,128; 0,085.
B.
Saran
Saran pada percobaan ini adalah
sebaiknya dapat mengganti pelarut etanol:kloroform dengan pelarut
etanol:benzena yang volumenya sama agar dapat membandingkan seberapa cepat
pelarut dapat memisahkan komponen-komponen tiap noda yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin,
dkk. Kimia Analitik. Makassar:
Alauddin Press, 2007.
Khopkar, SM. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
UI-Press, 2008.
Kromatografi Kertas. 2010. “http://autumninday.com/”diakses pada
tanggal 27 Mei 2012.
Kromatografi Kertas dan Lapis Tipis. 2012. http://foodandsnack.com/diakses pada
tanggal 27 Mai 2012.
Puspasari, Dian. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Dwi
Media Press, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar