BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kromatografi merupakan metode analisis
campuran atau larutan senyawa kimia dengan absorpsi memilih pada zat penyerap,
zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat penyerap, misalnya kapur, alumina
dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut bobot molekulnya,
mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-warnanya (Puspasari, 2010,
hal: 159).
Kromatografi kolom adalah
kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan
komponen-komponen dalam campuran. Alat tersebut berupa pipa gelas yang
dilengkapi suatu kran di bagian bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair
(Yazid, 2005, hal: 198).
Resin penukar ion adalah suatu
senyawa polimer tinggi organik dimana terdapat gugusan fungsional yang mengandung
ion-ion yang dapat ditukar. Bila ion-ion yang dapat ditukar adalah anion maka
disebut resin penukar anion. Resin penukar ion tersebut biasanya dibuat berupa
butir-butir bulat berupa ukuran (mesh) (Tim Dosen, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan
berikut akan membahas tentang cara pemisahan dengan metode kromatografi kolom.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
masalah pada percobaan ini adalah:
1.
Bagaimana cara pemisahan dengan metode kromatografi
kolom?
2.
Bagaimana menentukan nilai kapasitas resin penukar
anion dalam sampel dengan metode kromatografi kolom?
C. Tujuan
Percobaan
Tujuan pada
percobaan ini adalah:
1.
Mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi
kolom
2.
Menentukan nilai kapasitas resin penukar anion dalam
sampel dengan metode kromatografi kolom.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah
kromatografi berasal dari kata latin chroma
berarti warna dan graphien berarti menulis. Kromatografi pertama kali
diperkenalkan oleh Michael Tsweet (1903) seorang ahli botani dari Rusia.
Michael Tsweet dalam percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan
pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk
kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai
pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada
permukaan atas kalsium karbonat, kemudian dialirkan pelarut petroleum eter.
Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil
pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan (Alimin, 2007, hal: 73).
Kromatografi adalah proses
melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap
zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan
apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008, hal: 137).
Pemisahan kromatografi kolom
adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas
berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi termasuk
pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak sebagai
fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase bergeraknya adalah
cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom.
Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antarmuka di
antara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif
komponen pada fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut
terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga
menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat
di permukaan adsorben dan masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat
teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang
ditambahkan secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas
lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen dengan
afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut (Yazid,
2005, hal: 199).
Teknik pemisahan kromatografi kolom
dalam memisahkan campuran, kolom yang telah dipilih sesuai ukuran diisi dengan
bahan penyerap (adsorben) seperti alumina dalam keadaan kering atau dibuat
seperti bubur dengan pelarut. Pengisian dilakukan dengan bantuan batang
pemanpat (pengaduk) untuk memanpatkan adsorben dengan gelas wool pada dasar
kolom. Pengisian harus dilakukan secara hati-hati dan sepadat mungkin agar rata
sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara. Untuk membantu homogenitas
pengepakan biasanya kolom setelah diisi divibrasi, diketok-ketok atau
dijatuhkan lemah pada pelat kayu. Sejumlah cuplikan dilarutkan dalam sedikit
pelarut, dituangkan melalui sebelah atas kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam
adsorben. Komponen-komponen dalam campuran diadsorpsi dari larutan secara
kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom,
dengan penambahan pelarut (eluen) secara terus-menerus, masing-masing komponen
akan bergerak turun melalui kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi
kesetimbangan baru antara bahan penyerap, komponen campuran dan eluen.
Kesetimbangan dikatakan tetap bila suatu komponen yang satu dengan lainnya
bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau kecepatan berbeda-beda
sehingga terjadi pemisahan. Jika kolom cukup panjang dan semua parameter
pemisahan betul-betul terpilih seperti diameter kolom, adsorben, pelarut dan
kecepatan alirannya, maka akan terbentuk pita-pita (zona-zona) yang setiap zona
berisi satu macam komponen. Setiap zona yang keluar dari kolom dapat ditampung
dengan sempurna sebelum zona yang lain keluar dari kolom. Komponen (eluat) yang
diperoleh dapat diteruskan untuk ditetapkan kadarnya, misalnya dengan cara
titrasi atau spektofotometri (Yazid, 2005, hal: 200 – 201).
Teknik pemisahan kromatografi kolom
partisi sangat mirip dengan kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya
terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom
partisi penyerapnya berupa materi padat berpori seperti kieselguhr, selulosa
atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal
ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai
fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga padat yang sejauh mungkin inert terhadap
senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang penyokong harus penyerap
dan menahan fase diam serta harus membuat permukaannya seluas mungkin untuk
mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada umumnya bersifat polar dan fase diam
lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam kromatografi partisi fase
bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir membawa
komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari zat
cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini banyak
digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik (Yazid,
2005, hal: 203 – 204).
Resin
penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau
negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari
luar.
Berdasarkan jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat
dibagi menjadi 2 yaitu resin penukar kation adalah ion positif yang
dipertukarkan dan resin penukar anion adalah ion negatif yang
dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses penyerapan ion – ion oleh resin
dengan cara Ion-ion dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut
air) diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi dengan
padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti ion
yang diserap. Selama operasi berlangsung setiap ion
akan dipertukarkan dengan ion penggantinya
hingga seluruh resin jenuh dengan ion yang diserap
(Clark, 2007).
Besarnya nilai kapasitas penukar
dari resin penukar ion tergantung pada jumlah gugus ion yang dapat ditukarkan
yang terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut. Semakin besar jumlah
gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai kapasitas resinnya.
Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan berapa
banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan menggunakan metode
kromatografi kolom. Apabila resin telah mengikat jumlah ion yang sama dengan
kapasitas maksimumnya maka resin tersebut dikatakan telah “exchausted”. Dalam keadaan demikian resin dapat dikembalikan ke
keadaan semula dengan jalan menuangkan larutan asam yang agak pekat ke dalamnya
sehingga terjadi reaksi kebalikan dari reaksi penukaran ion. Resin penukar
anion dapat berupa ko-polimer stiren dan divinil benzen tetapi tidak mengandung
gugusan-gugusan amin yang bersifat basa dengan resin penukar anion terjadi
pengubahan yang jumlahnya ekuivalen (Tim Dosen, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Kamis/ 24 Mei 2012
Pukul : 13.30 – 16.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik,
Lantai I, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Neraca
analitik 1
buah
b.
Resin
kolom 1
buah
c.
Buret
basa 50 mL 1
buah
d.
Pipet
volume 25 mL, 10 mL, 5 mL 1
buah
e.
Pipet
skala 25 mL 1
buah
f.
Erlenmeyer
250 mL 4
buah
g.
Gelas
kimia 250 mL 2
buah
h.
Petridisk
1
buah
i.
Bulp
1
buah
j.
Pipet
tetes 1
buah
k.
Botol
semprot 1
buah
2.
Bahan
a.
Aquades
(H2O) 300 mL
b.
Indikator
kalium kromat (K2CrO4)
c.
Kalium
nitrat (KNO3) 0,25 M
d.
Perak
nitrat (AgNO3) 0,1 M
e.
Resin
penukar anion
f.
Tissue
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini
adalah:
1.
Menimbang
resin anion sebanyak 5,0049 gram ke dalam petridisk, lalu menambahkan aquades hingga semua resin tertutupi aquades
2.
Mendiamkan
selama 2-3 hari untuk mengaktifkan ion-ion yang ada pada resin.
3.
Menyiapkan
kolom, lalu menuangkan resin ke
dalam kolom dan menambahkan aquades hingga
semua resin tertutupi aquades
4.
Menambahkan
125 mL larutan kalium nitrat (KNO3) sedikit demi sedikit
5.
Menampung
efluen, lalu menambahkan indikator
kalium kromat (K2CrO4)
6.
Menitrasi
dengan perak nitrat (AgNO3) 0,1 M sampai terjadi perubahan warna.
7.
Mencatat
volume titrasi.
8.
Melakukan
percobaan 4 – 7 secara duplo.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Bobot kosong petridisk = 43,3485 gram (a)
Bobot
petridisk + resin kering =
48,3534 gram (b)
Bobot
resin =
b -
a
=
48,3534 gram – 43,3485 gram
=
5,0049 gram
Volume
titrasi AgNO3 0,1M (simplo) =
12 mL
Volume titrasi AgNO3 0,1M
(duplo) = 6,5 mL
Warna sebelum + indikator = tak berwarna
Warna
setelah + indikator =
kuning
Warna setelah dititrasi (simplo) =
larutan kuning endapan putih
Warna setelah dititrasi (duplo) = merah bata
B.
Reaksi
R+Cl + KNO3 R+NO3
+ KCl
AgNO3 + KCl AgCl + KNO3
C.
Gambar
Resin anion kering Perendaman
resin anion
Resin
anion basah Resin
di dalam kolom
Menampung
efluen Efluen
yang dihasilkan
Hasil penitaran (simplo) Hasil penitaran
(duplo)
D.
Analisis Data
1.
Untuk titrasi simplo:
= 2,397 x 10-4
mol/gr
2.
Untuk titrasi duplo:
=
1,298 x 10-4 mol/gr
E.
Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu untuk
mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi kolom dan menentukan
kapasitas resin penukar ion. Resin anion ditimbang sebanyak 5,0049 gr dengan
menggunakan neraca analitik yang berfungsi untuk mengetahui bobot berat pada
resin anion, selanjutnya merendam resin tersebut pada petridisk dengan
menggunakan aquades yang berfungsi untuk mengaktifkan ion-ion yang ada pada
resin tersebut, tahap perendaman dilakukan selama 2 – 3 hari. Selanjutnya resin
anion dimasukkan ke dalam alat kolom dan memasukkan larutan kalium nitrat (KNO3)
sebanyak 125 mL secara perlahan-lahan yang berfungsi sebagai sampel cair yang ion-ionnya
akan bertukar dengan anion yang ada pada resin. Dalam hal ini ion nitrat (NO3-)
yang akan mengalami penukaran dengan anion klorida (Cl-) pada resin.
Hasil dari sampel yang ionnya telah bertukar dinamakan dengan efluen. Efluen
tersebut ditambahkan dengan indikator kalium kromat (K2CrO4)
yang berfungsi sebagai penanda dalam batas volume tertentu akan mengalami titik
akhir titrasi yang menunjukkan terjadinya perubahan warna. Penggunaan kalium
kromat (K2CrO4) sebagai indikator sebab kalium kromat (K2CrO4)
merupakan indikator khusus pada titrasi argentometri. Pada penitaran pertama,
warna yang diperoleh pada saat terjadinya titik akhir titrasi yaitu dari kuning
menjadi larutan kuning endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
pertukaran anion antara sampel kalium nitrat (KNO3) dan anion klor
(Cl-) pada resin sebab adanya endapan putih menunjukkan ciri-ciri
dari sifat perak klorida (AgCl), sedangkan pada penitaran yang kedua, warna
yang diperoleh pada saat terjadinya titik akhir titrasi yaitu dari kuning
menjadi merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa resin tidak lagi bekerja dalam
hal ini tidak terjadi pertukaran anion antara sampel kalium nitrat (KNO3)
dengan anion klorida (Cl-) yang ada pada resin.
Berdasarkan data di atas, volume
titran yang diperoleh secara simplo yaitu 0,012 L dan kapasitas resinnya
sebanyak 2,397 x 10-4 mol/gr sedangkan volume titran yang diperoleh
secara duplo yaitu 0,0065 L dan kapasitas resinnya 1,298 x 10-4
mol/gr. Nilai kapasitas resin yang diperoleh menunjukkan bahwa ion-ion yang
bertukar hanya sedikit antara anion klorida (Cl-) yang ada pada
resin dan kalium nitrat (KNO3). Dalam hal ini nilai kapasitas resin
dari resin penukar anion tergantung pada jumlah gugus ion yang dapat ditukarkan
yang terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut. Semakin besar jumlah
gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai kapasitas resinnya.
Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan berapa banyaknya
resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan menggunakan metode
kromatografi kolom.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah kapasitas
resin yang diperoleh pada sampel dengan menggunakan metode kromatografi kolom
yaitu, 2,397 x 10-4 mol/gr dan 1,298 x 10-4 mol/gr.
B.
Saran
Saran pada percobaan ini adalah
sebaiknya pada saat melakukan titrasi, tidak boleh melewati titik akhir
titrasi, sebab akan mempengaruhi hasil yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin,
dkk. Kimia Analitik. Makassar:
Alauddin Press, 2007.
Clark, Jim. Ion Exchange. “http://chem-is-try.org/”diakses
pada tanggal 24 Mei 2012.
Khopkar, SM. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
UI-Press, 2008.
Puspasari, Dian. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Dwi
Media Press, 2010.
Yazid,
Estien. Kimia Fisika untuk Paramedis.
Yogyakarta: Andi, 2005.
Thanks infonya gan.
BalasHapusDitunggu postingan2 berikutnya.
PT. Gowima Bangun Sejahtera
Ion Exchanger